Senin, 23 Januari 2012

Pasustri Jamasri, dan Muntamah yang menggagas SMP dan SMA LB


*jawa Pos Radar Kudus, 17 Januari 2012
Setiap Manusia Mempunyai Hak Pendidikan yang sama
Peduli pada sesama tanpa memandang kelebihan dan kekurangan belum tentu dimiliki setiap orang. Apalagi peduli pada masyarakat yang memiliki kekurangan fisik (disable). Tapi tidak bagi Jamasri dan Muntamah yang dengan kegigihannya merintis sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (SMP-SMA LB). Bagaimana kisahnya?
Memiliki kesadaran social yang tinggi, belum tentu dimiliki setiap orang. Tanpa keikhlasan yang dijunjung tinggi, tidak mungkin kesadaran itu terbangun dengan sendirinya. Seperti kesadaran social pasangan Jamasri, 56, dan Muntamah, 56, Warga RT/5/RW/1 Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, yang mengelola lembaga pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus kali pertama di Kudus.
Manusia mempunyai hak mendapatkan pendidikan, mengingat di tengah masyarakat masih banyak ada anak-anak yang mengalami kelainan/berkebutuhan khusus namun belum mendapat pendidikan yang layak. Padahal, mereka perlu mendapat perhatian selayaknya manusia normal lainnya.
“Awalnya,kami gelisah melihat banyak anak-anak difabel yang tidak sekolah, dan setelah dewasa mereka akan bagaimana, bila tidak ada pendidikan yang memperhatikan mereka. Lantaran itulah, kami berdua berinisiatif mendirikan pendidikan luar biasa, dan mampu menampung mereka yang tidak mampu,” ungkap Jamasri, pemilik yayasan dan Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Sunan Muria).
Akhirnya , menurut Jamasri, sekitar tahun 2000, terbentuklah sebuah yayasan kecil  sekolah luar biasa. Dari sini diharapkan, institusi pendidikan yang dikelolanya mampu menampung dan mencukupi pendidikan para penyandang difabel. Dan pemerintah pun menanggapi positif inisiatif ini.
“Kami mendirikan lembaga pendidikan ini, berdasarkan kegelisahan trentang hak pendidikan yang dimilki setiap manusia. Sehingga kami menginginkan ada semacam pendidikan khusus untuk mereka. Ternyata itu didukung Pemerintay Kabupaten Kudus,” ujar Jamasri.
Yayasan yang didirikan itu, akhirnya mampu memfasilitasi masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik untuk tetap dapat mengenyam pendidikan layaknya orang-orang normal.
“Awalnya, yang kami bentuk hanya Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) saja. Namun setelah menghasilkan lulusan perdana, kami merasakan ada kekurangan. Harus ada jenjang pendidikan selanjutnya untuk mereka, ‘’ kata Jamasri.
Lantaran untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya masih belum ada, maka pada akhir 2004, dia menambahkan tiga lokal baru untuk melanjutkan SMPLB. Jenjang  baru ini tak lain Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Jamasri mengakui, gagasan mendirikan lembaga pendidikan  bukan sesuatu yang mudah. Baik dalam bidang birokrasi pendidikan, maupun tanggapan dari masyarakat. Namun hal itu, dijadikannya motivasi besar untuk mewujudkan cita-citanya mengembangkan pendidikan luar biasa di Kudus.
“Dulu masyarakat sempatmenganggap mustahil mampu mendirikan lembaga pendidikan. Namun lantaran administrasi dan semua persyaratan, kami siapkan sejak awal, maka terbentuklah yayasan lembaga pendidikan luar biasa ini, “ terangnya.
Sementara itu, Muntamah istri Jamasri menambahkan, sejak awal memang mereka berkeinginan yang sama untuk mendirikan sekolah luar biasa bagi para difabel. Dengan berbekal keyakinan, dan keikhlasan, dalam mengelola lembaga pendidikan tersebut, akhirnya dalam perjalanannya terasa lebih mudah dijalani bersama.
“Kalau tidak ada faktor saling mendukung tidak mungkin terwujud. Apapun niat baik kita, saya menganggap ini sesuatu yang berharga sekali. Bisa bersama dengan suami mengelola pendidikan luar biasa bersama-sama,”imbuhnya.(cr4/oko)

4 komentar:

  1. Assalamualaikum..
    senang sekali mendengar ada slb di kudus.
    Sy mahasiswa TI udinus semarang, sedang ingin menyusun skripsi, tp sy ingin mengambil tema skripsi yang berhubungan dg lingkungan sekitar kudus. Kemudian sy membaca blog ini.
    Saya tertarik untuk membuat semacam media pembelajaran untuk anak2 yg bersekolah di SLB Sunan Muria ini...
    Mungkin apabila ada semacam permasalahan atau kesulitan dalam menyampaikan materi kepada siswa, (misalnya: kesulitan dalam menyampaiakan materi matematika). Mungkin bisa saya buatkan materi berbasis multimedia sehingga lebih interaktif dan bisa saya jadikan tema skripsi, sekaligus nanti diharapkan memudahkan guru di SLB Sunan Muria untuk menyampaiakan materi.
    Apabila guru-guru membutuhkan semacam media pembelajaran alternatif bisa menghubungi saya di : wahyoegitu@gmail.com

    Trimakasih, wassalamualaikum

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah,silahkan sowan ke kudus dan mampir ke SLB sunan Muria>

    BalasHapus
  3. Mau tanya njih. Itu khusus sekolah nopo ada pondoknya pak

    BalasHapus
  4. Apa juga untuk tunanetra?

    BalasHapus