*jawa Pos Radar Kudus, 17 Januari 2012
Setiap Manusia Mempunyai Hak Pendidikan yang sama
Peduli pada sesama tanpa memandang kelebihan dan kekurangan
belum tentu dimiliki setiap orang. Apalagi peduli pada masyarakat yang memiliki
kekurangan fisik (disable). Tapi tidak bagi Jamasri dan Muntamah yang dengan
kegigihannya merintis sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
(SMP-SMA LB). Bagaimana kisahnya?
Memiliki kesadaran social yang tinggi, belum tentu dimiliki
setiap orang. Tanpa keikhlasan yang dijunjung tinggi, tidak mungkin kesadaran
itu terbangun dengan sendirinya. Seperti kesadaran social pasangan Jamasri, 56,
dan Muntamah, 56, Warga RT/5/RW/1 Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupaten
Kudus, yang mengelola lembaga pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus kali
pertama di Kudus.
Manusia mempunyai hak mendapatkan pendidikan, mengingat di
tengah masyarakat masih banyak ada anak-anak yang mengalami
kelainan/berkebutuhan khusus namun belum mendapat pendidikan yang layak.
Padahal, mereka perlu mendapat perhatian selayaknya manusia normal lainnya.
“Awalnya,kami gelisah melihat banyak anak-anak difabel yang tidak
sekolah, dan setelah dewasa mereka akan bagaimana, bila tidak ada pendidikan
yang memperhatikan mereka. Lantaran itulah, kami berdua berinisiatif mendirikan
pendidikan luar biasa, dan mampu menampung mereka yang tidak mampu,” ungkap
Jamasri, pemilik yayasan dan Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Sunan Muria).
Akhirnya , menurut Jamasri, sekitar tahun 2000, terbentuklah
sebuah yayasan kecil sekolah luar biasa.
Dari sini diharapkan, institusi pendidikan yang dikelolanya mampu menampung dan
mencukupi pendidikan para penyandang difabel. Dan pemerintah pun menanggapi
positif inisiatif ini.
“Kami mendirikan lembaga pendidikan ini, berdasarkan
kegelisahan trentang hak pendidikan yang dimilki setiap manusia. Sehingga kami
menginginkan ada semacam pendidikan khusus untuk mereka. Ternyata itu didukung
Pemerintay Kabupaten Kudus,” ujar Jamasri.
Yayasan yang didirikan itu, akhirnya mampu memfasilitasi
masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik untuk tetap dapat mengenyam
pendidikan layaknya orang-orang normal.
“Awalnya, yang kami bentuk hanya Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB) saja. Namun setelah menghasilkan lulusan perdana, kami
merasakan ada kekurangan. Harus ada jenjang pendidikan selanjutnya untuk
mereka, ‘’ kata Jamasri.
Lantaran untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya masih belum
ada, maka pada akhir 2004, dia menambahkan tiga lokal baru untuk melanjutkan
SMPLB. Jenjang baru ini tak lain Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Jamasri mengakui, gagasan mendirikan lembaga pendidikan bukan sesuatu yang mudah. Baik dalam bidang
birokrasi pendidikan, maupun tanggapan dari masyarakat. Namun hal itu,
dijadikannya motivasi besar untuk mewujudkan cita-citanya mengembangkan
pendidikan luar biasa di Kudus.
“Dulu masyarakat sempatmenganggap mustahil mampu mendirikan
lembaga pendidikan. Namun lantaran administrasi dan semua persyaratan, kami
siapkan sejak awal, maka terbentuklah yayasan lembaga pendidikan luar biasa
ini, “ terangnya.
Sementara itu, Muntamah istri Jamasri menambahkan, sejak
awal memang mereka berkeinginan yang sama untuk mendirikan sekolah luar biasa
bagi para difabel. Dengan berbekal keyakinan, dan keikhlasan, dalam mengelola
lembaga pendidikan tersebut, akhirnya dalam perjalanannya terasa lebih mudah
dijalani bersama.
“Kalau tidak ada faktor saling mendukung tidak mungkin
terwujud. Apapun niat baik kita, saya menganggap ini sesuatu yang berharga
sekali. Bisa bersama dengan suami mengelola pendidikan luar biasa bersama-sama,”imbuhnya.(cr4/oko)
Assalamualaikum..
BalasHapussenang sekali mendengar ada slb di kudus.
Sy mahasiswa TI udinus semarang, sedang ingin menyusun skripsi, tp sy ingin mengambil tema skripsi yang berhubungan dg lingkungan sekitar kudus. Kemudian sy membaca blog ini.
Saya tertarik untuk membuat semacam media pembelajaran untuk anak2 yg bersekolah di SLB Sunan Muria ini...
Mungkin apabila ada semacam permasalahan atau kesulitan dalam menyampaikan materi kepada siswa, (misalnya: kesulitan dalam menyampaiakan materi matematika). Mungkin bisa saya buatkan materi berbasis multimedia sehingga lebih interaktif dan bisa saya jadikan tema skripsi, sekaligus nanti diharapkan memudahkan guru di SLB Sunan Muria untuk menyampaiakan materi.
Apabila guru-guru membutuhkan semacam media pembelajaran alternatif bisa menghubungi saya di : wahyoegitu@gmail.com
Trimakasih, wassalamualaikum
Terima kasih sudah,silahkan sowan ke kudus dan mampir ke SLB sunan Muria>
BalasHapusMau tanya njih. Itu khusus sekolah nopo ada pondoknya pak
BalasHapusApa juga untuk tunanetra?
BalasHapus